Dalam pergantian peristiwa yang mengejutkan, Iran telah memilih kandidat reformis Masoud Pezeshkian sebagai presiden barunya. Pezeshkian, seorang ahli bedah jantung berusia 69 tahun dan mantan menteri kesehatan, mengalahkan saingannya Saeed Jalili dalam pemilihan yang mencerminkan peningkatan signifikan dalam jumlah pemilih dibandingkan dengan putaran pertama. Kemenangan ini menunjukkan kemenangan signifikan bagi kubu reformis dan kemunduran bagi faksi konservatif dalam pendirian yang berkuasa di Iran.
Presiden Terpilih di Masa Sulit
Kemenangan Pezeshkian terjadi pada saat yang kritis bagi Iran, karena negara itu bergulat dengan meningkatnya isolasi internasional, rintangan ekonomi, dan kemungkinan konflik langsung dengan musuh bebuyutannya Israel. Mengakui tantangan yang dihadapi, Pezeshkian, presiden terpilih, telah menyerukan persatuan dalam mengatasinya. Dia menggarisbawahi pentingnya dialog dengan musuh-musuh Iran, terutama mengenai program nuklirnya, sebagai strategi untuk mengatasi masalah domestik.
Tanggapan Internasional terhadap Pemilu
Para pemimpin dari Rusia, Arab Saudi, Pakistan, dan Suriah, antara lain di komunitas internasional, telah mengucapkan selamat kepada Pezeshkian atas kemenangannya, menyatakan harapan untuk memperluas kerja sama dan stabilitas regional. Namun, para ahli memperingatkan bahwa pemilihan Pezeshkian mungkin tidak mengarah pada perubahan langsung dalam kebijakan, mengingat bahwa otoritas tertinggi di Iran berada pada Pemimpin Tertinggi dan lembaga-lembaga yang tidak dipilih.
Ekonomi dan Kebijakan Domestik: Kemungkinan Tujuan Pezeshkian
Pezeshkian mungkin fokus pada ekonomi, sektor yang telah menderita di bawah inflasi tinggi, kesulitan ekonomi, dan sanksi Barat yang ketat. Dia telah menyarankan agar dia memahami hubungan antara pemulihan ekonomi dan kebijakan luar negeri, terutama kebuntuan dengan Barat mengenai program nuklir. Pezeshkian telah menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi dengan kekuatan global untuk mencabut sanksi, yang berpotensi mengarah pada peningkatan hubungan dengan Barat.
Reformasi Sosial yang Diharapkan
Di dalam negeri, Pezeshkian telah berjanji untuk menerapkan perubahan sosial dan melonggarkan pembatasan sosial yang ketat, seperti hukum jilbab Iran yang kaku. Sementara beberapa ahli percaya bahwa kepresidenannya dapat mengarah pada beberapa kebebasan sosial, mereka memperingatkan bahwa perubahan signifikan dalam lanskap politik Iran tidak mungkin karena struktur kekuasaan yang dominan dan keharusan strategis yang mendefinisikan negara tersebut.
Tantangan ke Depan untuk Kepresidenan Pezeshkian
Ketika Pezeshkian menjadi presiden, ia akan menghadapi tantangan ekonomi yang sedang berjuang, ketidakpuasan internal, dan meningkatnya ketegangan dengan Israel dan sekutu Baratnya. Meskipun ia mungkin memiliki pengaruh dalam membentuk kebijakan luar negeri Iran dan melayani sebagai pembawa pesan publik negara itu, kekuatan pengambilan keputusan tertinggi terletak pada Pemimpin Tertinggi dan lembaga-lembaga yang tidak dipilih.
Masa Depan di bawah Kepemimpinan Pezeshkian
Terpilihnya Masoud Pezeshkian sebagai presiden baru Iran menandakan kemenangan bagi kubu reformis dan potensi perubahan dalam kebijakan dalam dan luar negeri negara itu. Namun, laju perubahan cenderung lambat dan bertahap, mengingat kendala yang diberlakukan oleh struktur kekuasaan yang ada. Masyarakat internasional akan terus mencermati tindakan Iran di bawah kepemimpinan Pezeshkian, terutama yang berkaitan dengan program nuklir dan konflik regionalnya.