Pemilihan parlemen Prancis baru-baru ini telah memberikan hasil yang mengejutkan, dengan koalisi sayap kiri Front Populer Baru diproyeksikan untuk memenangkan kursi terbanyak di putaran kedua. Namun, tidak ada partai yang mendapatkan mayoritas absolut, yang mengarah pada kemungkinan parlemen yang menggantung. Partai Rally Nasional sayap kanan, yang memenangkan putaran pertama, akan berada di urutan ketiga. Jumlah pemilih tinggi, mencapai tingkat tertinggi sejak 1997.
Keberhasilan aliansi Front Populer Baru dapat dikaitkan dengan aliansi tegang antara partai-partai sentris dan kiri, yang bertujuan untuk menjaga sayap kanan di teluk. Lebih dari 200 kandidat dari kubu sentris dan koalisi sayap kiri secara strategis mengundurkan diri untuk menghindari perpecahan suara anti-sayap kanan. Upaya mereka tampaknya telah membuahkan hasil, dengan koalisi sayap kiri diproyeksikan untuk memenangkan kursi terbanyak.
Namun, kurangnya mayoritas parlemen yang berkuasa kemungkinan akan mengakibatkan kelumpuhan politik dan kesulitan meloloskan undang-undang baru. Komposisi pemerintah yang kompleks, yang terdiri dari partai-partai saingan dengan perpecahan ideologis yang mendalam, dapat menyebabkan periode ketidakstabilan dan ketidakpastian politik. Kaum sentris Macron sebelumnya telah bersekutu dengan Partai Republik kanan-tengah saat berkuasa, membuat pembentukan pemerintahan koalisi menantang.
Munculnya partai Rally Nasional sayap kanan, yang dipimpin oleh Jordan Bardella, merupakan perkembangan signifikan dalam politik Prancis. Platform anti-imigrasi dan eurosceptic partai beresonansi dengan pemilih, terutama di kalangan generasi muda. Sementara partai tidak diproyeksikan untuk mengamankan mayoritas absolut, ia diatur untuk mengklaim lebih banyak kursi daripada sebelumnya.
Hasil pemilihan di Prancis memiliki implikasi yang lebih luas bagi kebijakan domestik dan internasional negara itu. Parlemen yang menggantung dapat mengakibatkan kekacauan politik selama setahun, dengan partai-partai berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan dan berjuang untuk membentuk pemerintahan yang stabil. Macron, terlepas dari hasil pemilu, akan tetap sebagai presiden hingga 2027, menambah kompleksitas lebih lanjut pada lanskap politik.
Secara keseluruhan, pemilihan parlemen Prancis telah menyoroti perpecahan yang mendalam dan polarisasi politik di dalam negeri. Hasil yang tidak terduga dan prospek parlemen yang menggantung telah menciptakan masa depan yang tidak pasti bagi Prancis, dengan implikasi bagi kebijakan domestik dan kedudukan internasionalnya. Hasil akhir diharapkan akan segera diumumkan, memberi lebih banyak cahaya pada lanskap politik negara itu.