Mantan ibu negara baru-baru ini mengucapkan selamat tinggal yang menyedihkan kepada ibunya, Amalija Knavs, di pemakaman pribadi di Palm Beach, Florida. Kebaktian diadakan di Gereja Episkopal Bethesda-by-the-Sea, sepelemparan batu dari perkebunan Mar-a-Lago. Pidato penuh air mata disampaikan oleh mantan ibu negara, yang memberikan penghormatan kepada sifat pengasuhan ibunya dan cinta yang luar biasa.
Amalija Knavs, yang meninggalkan dunia ini pada usia 78, dihormati karena bakatnya untuk fashion dan perannya yang penuh kasih sebagai nenek bagi Barron Trump. Putrinya memujinya sebagai lambang seorang ibu, istri, nenek, dan ibu mertua, memuji cinta dan pengabdiannya yang tak terbatas. Dia juga mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas pengaruh ibunya terhadap hidupnya, khususnya di bidang seni kuliner dan mode.
Mantan ibu negara itu berbagi bagaimana kisah ibunya tentang perjalanan glamor dan sesi sketsa larut malam adalah benih yang menumbuhkan minatnya pada desain. Ketahanan dan tekad ibunya, menyulap tuntutan menjadi ibu sambil mengejar ambisinya sendiri di industri fashion, juga sangat dipuji. Ikatan abadi yang diciptakan ibunya dalam keluarga adalah bukti kekuatan cinta sejati.
Mantan Presiden itu juga mengakui meninggalnya ibu mertuanya, menggambarkan Amalija sebagai orang yang istimewa dan luar biasa. Dia memuji masakannya untuk tinggi putra mereka Barron yang mengesankan dan menyatakan terima kasih atas perawatan yang dia berikan kepada seluruh keluarga.
Teman dan keluarga menghadiri pemakaman, termasuk Ivanka Trump, Tiffany Trump, dan pasangan mereka. Senator Republik Rick Scott dan Lindsey Graham juga hadir. Amalija, yang tinggal di New York selama kepresidenan Trump, adalah wajah yang akrab di Gedung Putih, mendukung kampanye "Be Best" dan menyaksikan peluncurannya pada 2018.
Amalija dan suaminya, Viktor, membesarkan putri mereka di Slovenia di bawah pemerintahan Komunis. Mantan ibu negara, yang beralih dari Knavs ke Knauss selama karir modelingnya, menetap di New York pada tahun 1996 dan bertemu calon suaminya pada tahun 1998. Dia kemudian mensponsori imigrasi orang tuanya ke AS, dan mereka menjadi warga negara pada tahun 2018.
Meninggalnya orang yang dicintai adalah pengalaman yang sangat pribadi dan emosional. Pidato yang diberikan untuk ibunya tidak hanya mencerminkan rasa sakit karena kehilangan tetapi juga kenangan berharga dan warisan abadi seorang wanita yang memainkan peran penting dalam kehidupan keluarganya. Ini adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya empati dan kasih sayang selama masa kesedihan, terlepas dari perbedaan politik.